Rabu, 06 November 2013

ISU DAN PERMASALAHAN PERKEMBANGAN SOSIAL DAN KEPRIBADIAN ANAK USIA SEKOLAH DASAR SERTA IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN



Perkembangan sosial anak berhubungan dengan kemampuan  anak dalam berinteraksi dengan teman sebaya, orang dewasa, atau lingkungan pergaulan yang lebih luas.  Kepribadian ada hubungannya dengan lingkungan sosial dan hubungan social. Tidak dapat dipungkiri juga bahwa dalam perkembangan nya tersebut pasti ada isu-isu dan masalah-masalah yang timbul. Permasalahan perkembangan social dan kepribadian  diantaranya :
1.     Tingkah laku anak yang cenderung agresif
Anak yang cenderung agresif biasanya sedikit memiliki teman. Hal ini dikarenakan ketakutan anak yang lain akan sikap dan perilakunya. Anak yang agresif cenderung membahayakan anak yang lain.
Contoh nyatanya ada anak yang agresif, anak itu sengaja menyimpan pensil dengan posisi yang tajamnya berada di atas, anak tersebut memaksa temannya untuk duduk di kursi tersebut dan akhirnya temannya tersebut dilarikan ke rumah sakit dikarenakan luka yang cukup parah. Anak tersebut menganggap bahwa hal yang dilakukannya hanya bercanda. Tapi kenyataannya hal tersebut membahayakan dan mencelaka kan orang lain.
Contoh lain yang berkaitan dengan anak yang agresif , anak ketika pulang sekolah dan sesampainya di rumah langsung membuka paksa pintu, melempar sepatu dan tasnya.
Dari beberapa contoh peristiwa di atas dapat diketahui bahwa anak yang kecenderungan agresif itu akan menimbulkan dampak negative apabila tidak ada pengawasan dari orang dewasa di sekitarnya.
Anak yang agresif  bisa bermula dari kurangnya empati diduga karena pendidikan yang kurang dan juga pemahaman moral tidak tertanam dengan baik. Faktor orang tua yang cendrung cuek turut menjadi penyebab kurangnya akan menjadi agresif. Di lingkungan sekolah juga bisa diakibatkan karena bergabung dengan teman yang memiliki sifat agresif dan guru yang tidak begitu memahami karakter setiap siswanya.
Peranan orang dewasa terutama orang tua dan guru sangat berpengaruh dalam hal ini. Untuk itu, orang tua seharusnya lebih memperhatikan anaknya, berikan kasih sayang dan empati pada anak, dan alihkan lah agresifitas nya ke dalam hal yang positif, misalnya di sekolah belajar menggambar dan olahraga.
2.     Daya Suai Anak Kurang
Anak yang kurang penyesuaian diri nya itu merupakan anak yang jarang berinteraksi social dan perilaku sosialnya rendah. Anak yang daya suai nya kurang biasanya mudah tersinggung dan akhirnya menangis, memiliki rasa khawatir yang berlebih mengenai diterima atau tidak  oleh kelompok social.
Contoh nyata nya, ketika diamati ada anak yang selalu menyendiri ketika waktu istirahat, dan anak tersebut tidak pernah ikut bergabung bersama kumpulan teman lain nya. Dan apabila anak tidak diterima oleh kelompok temannya, maka anak akan menangis dan susah untuk mengendalikan dirinya sehingga sesampainya di rumah dia mengeluarkan emosinya dengan merusak barang yang ada di sekitarnya.
Dari contoh di atas terlihat bahwa anak yang tersebut tidak bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan nya. Hal ini bisa di akibatkan oleh pola pengasuhan orang tua yang terlalu mengecam anak, tidak menpunyai waktu untuk sekedar berinteraksi dengan anak, selalu menbanding-bandingkan anak sehingga membuat anak terpojok kan, dan selalu merendahkan anaknya. Sikap orang tua seperti itu akan mengakibatnya melemahnya keberanian anak sehingga anak akan menunjukan rasa khawatir dan cemas yang berlebihan ketika di lingkungan social.Lalu di lingkungan sekolah, guru yang selalu memperhatikan siswa yang aktif saja, sedangkan yang lainnya diabaikan dan tidak diperhatikan(pilih kasih) dan guru yang selalu berlalu otoriter. Hal ini dapat menyebabkan anak pasif dalam kegiatan belajar mengajar dan akan mudah tersinggung saat di kritik.
Anak yang memiliki daya suai rendah hendaknya diperhatikan, khususnya oleh  orang tua dan guru.Orang tua sebaiknya jangan terlalu mengecam anak, harus bisa menerima kekurangan dan kelebihan anak dan juga berilah perhatian pada anak, puji anak saat anak melakukan hal baik sekecil apapun, dan peringatkan anak dengan lembut bila anak melakukan kesalahan. Di sekolah, guru seyogyanya bersikap bijaksana dan jujur, adakan kegiatan kelompok dan berilah kesempatan untuk setiap anak mengerjakan tugas di depan, dan juga ciptakan suasana belajar yang nyaman. Hal tersebut anak membuat anak berangsur-angsur dapat menyesuaikan dirinya.
3.     Anak yang memiliki perilaku merusak
Anak berperilaku merusak ketika sedang melampiaskan kemarahannya baik karena masalah di sekolahnya ataupun masalah dengan orang-orang yang berada di rumah. Anak akan melampiaskan kemarahannya dengan merusak sesuatu apapun yang ada di sekitarnya. Dan biasanya anak seperti ini merupakan anak yang memiliki pen gendalian diri yang lemah.
Untuk mengatasi anak yang berprilaku merusak, orang tua harus lebih empati terhadap anak, memperhatikan anak dan buatlah suasana setenang mungkin di rumah dan ajaklah anak berinteraksi sehingga anak bisa mencurahkan isi hatinya. Dengan demikian, amarahnya bisa sedikit meredam dan nengurangi terjadinya perilaku merusak.
Di sekolah, guru juga hendaknya mengontrol setiap tindakan siswa dan memberi pengertian pada siswa.
4.     Anak yang Pemalu
Anak pemalu biasanya akan mengalami kesulitan dalam bersosialisasi. Hal ini dikarenakan terlalu takutnya anak akan penilaian orang lain akan dirinya. Anak sulit untuk berinteraksi social dikarenakan percaya diri yang lemah. Anak tidak terbiasa memulai percakapan dan hanya menjawab dengan singkat apabila diajak berbicara.Dan hal ini beresiko terhambatnya perkembangan kecerdasan anak.
Anak menjadi pemalu bisa diakibatkan karena fisik yang tidak sempurna. Faktor lingkungan juga sangat berpengaruh, seperti kurangnya berinteraksi di lingkungan rumah, tidak adanya kenyamanan dalam berinteraksi karena orang tua terlalu memaksakan pada anaknya dan anak pun tidak bisa melawan. Di sekolah juga guru yang terlalu otoriter membuat interaksi antara guru dan anak didik kurang sehingga tidak ada pegaplikasian agar anak didik berani dan memiliki kepercayaan diri yang kuat.
Untuk itu orang tua ataup pun guru harus lebih sering berinteraksi dengan anak, bebaskan anak dalam berekspresi tetapi masih memberi control. Di sekolah contohnya guru mengajak anak bernyanyi dalam pelajara seni, memberi kesempatan untuk maju ke depan mengerjakan tugas, dan sebagainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar