Perkembangan
social berarti perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan
social. Karena pola perilaku social atau yang tidak social dibina pada masa
kanak-kanak awal atau masa pembantukan, pengalaman social awal sangat
menentukan kepriadian setelah anak menjadi orang dewasa. Perkembangan social
mengikuti suatu pola, yaitu suatu urutan perilaku social yang teratur.
Perkembangan social dimulai sejak dini pada masa kanak-kanak dengan munculnya
senyuman social. Masa kanak-kanak awal dikenal sebagai “usia pra-gang” karena
pada masa ini anak belajar menyesuaikan diri dengan kelompok teman sebaya dan mengenbangkan
pola perilaku yang sesuai dengan harapan social. Pada waktu mulai sekolah, anak
memasuki “usia gang” yaitu usia yang pada saat itu kesadaran social berkembang
pesat. Banyak pola perilaku yang berkembang selama masa pra-gang dipakai
sebagai landasan bagi pola yang berkembang selama usia gang. Meskipun demikian,
sebagian dari pola tersebut, baik yang social seperti sikap sportif, tanggung
jawab, dan kerja sama, maupun yang tidak social seperti prasangka, diskriminasi, dan antagonism jenis
kelamin diperkuat oleh tekanan kelompok teman sebaya. Pada masa puber merupakan
masa berkembangnya pola perilaku tidak social dan anti social. Banyak bahaya
dalam proses menuju perkembangan social yang umumnya dapat dikendalikan jika
diketahui pada saat yang tepat dan jika dilakukan langkah perbaikan untuk
menguranginya sebelum menjadi kebiasaan dan menimbulkan reputasi yang tidak
baik. Diantara bahaya yang kurang serius dalam perkembangan social adalah
keterlantaran social, terlalu banyak partisipasi social, ketergantungan yang
berlebihan, penyesuaian diri yang berlebihan, dan tidak menyesuaikan diri.
Rabu, 06 November 2013
ISU DAN PERMASALAHAN PERKEMBANGAN SOSIAL DAN KEPRIBADIAN ANAK USIA SEKOLAH DASAR SERTA IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN
Perkembangan
sosial anak berhubungan dengan kemampuan
anak dalam berinteraksi dengan teman sebaya, orang dewasa, atau
lingkungan pergaulan yang lebih luas. Kepribadian ada hubungannya dengan lingkungan
sosial dan hubungan social. Tidak
dapat dipungkiri juga bahwa dalam perkembangan nya tersebut pasti ada isu-isu
dan masalah-masalah yang timbul. Permasalahan perkembangan social dan
kepribadian diantaranya :
1. Tingkah
laku anak yang cenderung agresif
Anak yang cenderung
agresif biasanya sedikit memiliki teman. Hal ini dikarenakan ketakutan anak
yang lain akan sikap dan perilakunya. Anak yang agresif cenderung membahayakan
anak yang lain.
Contoh nyatanya ada
anak yang agresif, anak itu sengaja menyimpan pensil dengan posisi yang
tajamnya berada di atas, anak tersebut memaksa temannya untuk duduk di kursi
tersebut dan akhirnya temannya tersebut dilarikan ke rumah sakit dikarenakan
luka yang cukup parah. Anak tersebut menganggap bahwa hal yang dilakukannya
hanya bercanda. Tapi kenyataannya hal tersebut membahayakan dan mencelaka kan
orang lain.
Contoh lain yang
berkaitan dengan anak yang agresif , anak ketika pulang sekolah dan sesampainya
di rumah langsung membuka paksa pintu, melempar sepatu dan tasnya.
Dari beberapa contoh peristiwa di atas dapat diketahui bahwa anak yang kecenderungan agresif itu akan menimbulkan dampak negative apabila tidak ada pengawasan dari orang dewasa di sekitarnya.
Anak yang agresif bisa bermula dari kurangnya empati diduga karena pendidikan yang kurang dan juga pemahaman moral tidak tertanam dengan baik. Faktor orang tua yang cendrung cuek turut menjadi penyebab kurangnya akan menjadi agresif. Di lingkungan sekolah juga bisa diakibatkan karena bergabung dengan teman yang memiliki sifat agresif dan guru yang tidak begitu memahami karakter setiap siswanya.
Peranan orang dewasa terutama orang tua dan guru sangat berpengaruh dalam hal ini. Untuk itu, orang tua seharusnya lebih memperhatikan anaknya, berikan kasih sayang dan empati pada anak, dan alihkan lah agresifitas nya ke dalam hal yang positif, misalnya di sekolah belajar menggambar dan olahraga.
Dari beberapa contoh peristiwa di atas dapat diketahui bahwa anak yang kecenderungan agresif itu akan menimbulkan dampak negative apabila tidak ada pengawasan dari orang dewasa di sekitarnya.
Anak yang agresif bisa bermula dari kurangnya empati diduga karena pendidikan yang kurang dan juga pemahaman moral tidak tertanam dengan baik. Faktor orang tua yang cendrung cuek turut menjadi penyebab kurangnya akan menjadi agresif. Di lingkungan sekolah juga bisa diakibatkan karena bergabung dengan teman yang memiliki sifat agresif dan guru yang tidak begitu memahami karakter setiap siswanya.
Peranan orang dewasa terutama orang tua dan guru sangat berpengaruh dalam hal ini. Untuk itu, orang tua seharusnya lebih memperhatikan anaknya, berikan kasih sayang dan empati pada anak, dan alihkan lah agresifitas nya ke dalam hal yang positif, misalnya di sekolah belajar menggambar dan olahraga.
2. Daya
Suai Anak Kurang
Anak
yang kurang penyesuaian diri nya itu merupakan anak yang jarang berinteraksi
social dan perilaku sosialnya rendah. Anak yang daya suai nya kurang biasanya
mudah tersinggung dan akhirnya menangis, memiliki rasa khawatir yang berlebih
mengenai diterima atau tidak oleh
kelompok social.
Contoh
nyata nya, ketika diamati ada anak yang selalu menyendiri ketika waktu
istirahat, dan anak tersebut tidak pernah ikut bergabung bersama kumpulan teman
lain nya. Dan apabila anak tidak diterima oleh kelompok temannya, maka anak
akan menangis dan susah untuk mengendalikan dirinya sehingga sesampainya di
rumah dia mengeluarkan emosinya dengan merusak barang yang ada di sekitarnya.
Dari
contoh di atas terlihat bahwa anak yang tersebut tidak bisa menyesuaikan diri
dengan lingkungan nya. Hal ini bisa di akibatkan oleh pola pengasuhan orang tua
yang terlalu mengecam anak, tidak menpunyai waktu untuk sekedar berinteraksi
dengan anak, selalu menbanding-bandingkan anak sehingga membuat anak terpojok
kan, dan selalu merendahkan anaknya. Sikap orang tua seperti itu akan
mengakibatnya melemahnya keberanian anak sehingga anak akan menunjukan rasa
khawatir dan cemas yang berlebihan ketika di lingkungan social.Lalu di
lingkungan sekolah, guru yang selalu memperhatikan siswa yang aktif saja,
sedangkan yang lainnya diabaikan dan tidak diperhatikan(pilih kasih) dan guru
yang selalu berlalu otoriter. Hal ini dapat menyebabkan anak pasif dalam
kegiatan belajar mengajar dan akan mudah tersinggung saat di kritik.
Anak
yang memiliki daya suai rendah hendaknya diperhatikan, khususnya oleh orang tua dan guru.Orang tua sebaiknya jangan
terlalu mengecam anak, harus bisa menerima kekurangan dan kelebihan anak dan
juga berilah perhatian pada anak, puji anak saat anak melakukan hal baik
sekecil apapun, dan peringatkan anak dengan lembut bila anak melakukan
kesalahan. Di sekolah, guru seyogyanya bersikap bijaksana dan jujur, adakan
kegiatan kelompok dan berilah kesempatan untuk setiap anak mengerjakan tugas di
depan, dan juga ciptakan suasana belajar yang nyaman. Hal tersebut anak membuat
anak berangsur-angsur dapat menyesuaikan dirinya.
3. Anak
yang memiliki perilaku merusak
Anak berperilaku
merusak ketika sedang melampiaskan kemarahannya baik karena masalah di
sekolahnya ataupun masalah dengan orang-orang yang berada di rumah. Anak akan
melampiaskan kemarahannya dengan merusak sesuatu apapun yang ada di sekitarnya.
Dan biasanya anak seperti ini merupakan anak yang memiliki pen gendalian diri
yang lemah.
Untuk mengatasi anak
yang berprilaku merusak, orang tua harus lebih empati terhadap anak,
memperhatikan anak dan buatlah suasana setenang mungkin di rumah dan ajaklah
anak berinteraksi sehingga anak bisa mencurahkan isi hatinya. Dengan demikian,
amarahnya bisa sedikit meredam dan nengurangi terjadinya perilaku merusak.
Di sekolah, guru juga
hendaknya mengontrol setiap tindakan siswa dan memberi pengertian pada siswa.
4. Anak
yang Pemalu
Anak pemalu biasanya
akan mengalami kesulitan dalam bersosialisasi. Hal ini dikarenakan terlalu
takutnya anak akan penilaian orang lain akan dirinya. Anak sulit untuk
berinteraksi social dikarenakan percaya diri yang lemah. Anak tidak terbiasa
memulai percakapan dan hanya menjawab dengan singkat apabila diajak
berbicara.Dan hal ini beresiko terhambatnya perkembangan kecerdasan anak.
Anak menjadi pemalu bisa diakibatkan
karena fisik yang tidak sempurna. Faktor lingkungan juga sangat berpengaruh,
seperti kurangnya berinteraksi di lingkungan rumah, tidak adanya kenyamanan
dalam berinteraksi karena orang tua terlalu memaksakan pada anaknya dan anak
pun tidak bisa melawan. Di sekolah juga guru yang terlalu otoriter membuat
interaksi antara guru dan anak didik kurang sehingga tidak ada pegaplikasian
agar anak didik berani dan memiliki kepercayaan diri yang kuat.
Untuk itu orang tua ataup pun guru
harus lebih sering berinteraksi dengan anak, bebaskan anak dalam berekspresi
tetapi masih memberi control. Di sekolah contohnya guru mengajak anak bernyanyi
dalam pelajara seni, memberi kesempatan untuk maju ke depan mengerjakan tugas,
dan sebagainya.
Langganan:
Postingan (Atom)