A.
PENDAHULUAN
Semua
orang tua pasti menginginkan anaknya lahir dengan selamat dan normal baik fisik
, perilaku, maupun mental. Namun, apa jadinya jika pada kenyataannya anak
mereka mengalami ketidaknormalan seperti hiperaktif yang sering terjadi pada
anak-anak. Tidak mudah tentunya bagi orang tua untuk menghadapi kondisi anak
seperti ini. Untuk itu, sebagai orang tua harus mengenali dan mengetahui cara
membimbing anak yang hiperaktif.
B.
ISI
Apa
sebenarnya yang disebut hiperaktif itu ? Gangguan hiperaktif sesungguhnya sudah
dikenal sejak sekitar tahun 1900 di tengah dunia medis. Pada perkembangan
selanjutnya mulai muncul istilah ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity disorder).
Untuk dapat disebut memiliki gangguan hiperaktif, harus ada tiga gejala utama
yang nampak dalam perilaku seorang anak, yaitu inatensi, hiperaktif,
dan impulsif.
1. Inatensi
Inatensi atau pemusatan perhatian
yang kurang dapat dilihat dari kegagalan seorang anak dalam memberikan
perhatian secara utuh terhadap sesuatu. Anak tidak mampu mempertahankan
konsentrasinya terhadap sesuatu, sehingga mudah sekali beralih perhatian dari
satu hal ke hal yang lain.
2. Hiperaktif
Gejala hiperaktif dapat dilihat dari
perilaku anak yang tidak bisa diam. Duduk dengan tenang merupakan sesuatu yang
sulit dilakukan. Ia akan bangkit dan berlari-lari, berjalan ke sana kemari,
bahkan memanjat-manjat. Di samping itu, ia cenderung banyak bicara dan
menimbulkan suara berisik.
3. Impulsif
Gejala impulsif ditandai dengan
kesulitan anak untuk menunda respon. Ada semacam dorongan untuk
mengatakan/melakukan sesuatu yang tidak terkendali. Dorongan tersebut mendesak
untuk diekspresikan dengan segera dan tanpa pertimbangan. Contoh nyata dari
gejala impulsif adalah perilaku tidak sabar. Anak tidak akan sabar untuk
menunggu orang menyelesaikan pembicaraan. Anak akan menyela pembicaraan atau
buru-buru menjawab sebelum pertanyaan selesai diajukan. Anak juga tidak bisa
untuk menunggu giliran, seperti antri misalnya. Sisi lain dari impulsivitas
adalah anak berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas yang membahayakan, baik
bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
Selain ketiga gejala di atas, untuk
dapat diberikan diagnosis hiperaktif masih ada beberapa syarat lain. Gangguan
di atas sudah menetap minimal 6 bulan, dan terjadi sebelum anak berusia 7
tahun. Gejala-gejala tersebut muncul setidaknya dalam 2 situasi, misalnya di
rumah dan di sekolah.
Problem-problem
yang biasa dialami oleh anak hiperaktif
a. Problem di sekolah
Anak tidak mampu mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan baik. Konsentrasi yang mudah terganggu membuat anak tidak dapat menyerap materi pelajaran secara keseluruhan. Rentang perhatian yang pendek membuat anak ingin cepat selesai bila mengerjakan tugas-tugas sekolah. Kecenderungan berbicara yang tinggi akan mengganggu anak dan teman yang diajak berbicara sehingga guru akan menyangka bahwa anak tidak memperhatikan pelajaran. Banyak dijumpai bahwa anak hiperaktif banyak mengalami kesulitan membaca, menulis, bahasa, dan matematika. Khusus untuk menulis, anak hiperaktif memiliki ketrampilan motorik halus yang secara umum tidak sebaik anak biasa
Anak tidak mampu mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan baik. Konsentrasi yang mudah terganggu membuat anak tidak dapat menyerap materi pelajaran secara keseluruhan. Rentang perhatian yang pendek membuat anak ingin cepat selesai bila mengerjakan tugas-tugas sekolah. Kecenderungan berbicara yang tinggi akan mengganggu anak dan teman yang diajak berbicara sehingga guru akan menyangka bahwa anak tidak memperhatikan pelajaran. Banyak dijumpai bahwa anak hiperaktif banyak mengalami kesulitan membaca, menulis, bahasa, dan matematika. Khusus untuk menulis, anak hiperaktif memiliki ketrampilan motorik halus yang secara umum tidak sebaik anak biasa
b. Problem di rumah
Dibandingkan dengan anak yang lain, anak hiperaktif biasanya lebih mudah cemas dan kecil hati. Selain itu, ia mudah mengalami gangguan psikosomatik (gangguan kesehatan yang disebabkan faktor psikologis) seperti sakit kepala dan sakit perut. Hal ini berkaitan dengan rendahnya toleransi terhadap frustasi, sehingga bila mengalami kekecewaan, ia gampang emosional. Selain itu anak hiperaktif cenderung keras kepala dan mudah marah bila keinginannya tidak segera dipenuhi. Hambatan-hambatan tersbut membuat anak menjadi kurang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Anak dipandang nakal dan tidak jarang mengalami penolakan baik dari keluarga maupun teman-temannya. Karena sering dibuat jengkel, orang tua sering memperlakukan anak secara kurang hangat. Orang tua kemudian banyak mengontrol anak, penuh pengawasan, banyak mengkritik, bahkan memberi hukuman. Reaksi anakpun menolak dan berontak. Akibatnya terjadi ketegangan antara orang tua dengan anak. Baik anak maupun orang tua menjadi stress, dan situasi rumahpun menjadi kurang nyaman. Akibatnya anak menjadi lebih mudah frustrasi. Kegagalan bersosialisasi di mana-mana menumbuhkan konsep diri yang negatif. Anak akan merasa bahwa dirinya buruk, selalu gagal, tidak mampu, dan ditolak.
Dibandingkan dengan anak yang lain, anak hiperaktif biasanya lebih mudah cemas dan kecil hati. Selain itu, ia mudah mengalami gangguan psikosomatik (gangguan kesehatan yang disebabkan faktor psikologis) seperti sakit kepala dan sakit perut. Hal ini berkaitan dengan rendahnya toleransi terhadap frustasi, sehingga bila mengalami kekecewaan, ia gampang emosional. Selain itu anak hiperaktif cenderung keras kepala dan mudah marah bila keinginannya tidak segera dipenuhi. Hambatan-hambatan tersbut membuat anak menjadi kurang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Anak dipandang nakal dan tidak jarang mengalami penolakan baik dari keluarga maupun teman-temannya. Karena sering dibuat jengkel, orang tua sering memperlakukan anak secara kurang hangat. Orang tua kemudian banyak mengontrol anak, penuh pengawasan, banyak mengkritik, bahkan memberi hukuman. Reaksi anakpun menolak dan berontak. Akibatnya terjadi ketegangan antara orang tua dengan anak. Baik anak maupun orang tua menjadi stress, dan situasi rumahpun menjadi kurang nyaman. Akibatnya anak menjadi lebih mudah frustrasi. Kegagalan bersosialisasi di mana-mana menumbuhkan konsep diri yang negatif. Anak akan merasa bahwa dirinya buruk, selalu gagal, tidak mampu, dan ditolak.
c. Problem berbicara
Anak hiperaktif biasanya suka berbicara. Dia banyak berbicara, namun sesungguhnya kurang efisien dalam berkomunikasi. Gangguan pemusatan perhatian membuat dia sulit melakukan komunikasi yang timbal balik. Anak hiperaktif cenderung sibuk dengan diri sendiri dan kurang mampu merespon lawan bicara secara tepat.
Anak hiperaktif biasanya suka berbicara. Dia banyak berbicara, namun sesungguhnya kurang efisien dalam berkomunikasi. Gangguan pemusatan perhatian membuat dia sulit melakukan komunikasi yang timbal balik. Anak hiperaktif cenderung sibuk dengan diri sendiri dan kurang mampu merespon lawan bicara secara tepat.
d. Problem fisik
Secara umum anak hiperaktif memiliki tingkat kesehatan fisik yang tidak sebaik anak lain. Beberapa gangguan seperti asma, alergi, dan infeksi tenggorokan sering dijumpai. Pada saat tidur biasanya juga tidak setenang anak-anak lain. Banyak anak hiperaktif yang sulit tidur dan sering terbangun pada malam hari. Selain itu, tingginya tingkat aktivitas fisik anak juga beresiko tinggi untuk mengalami kecelakaan seperti terjatuh, terkilir, dan sebagainya.
Secara umum anak hiperaktif memiliki tingkat kesehatan fisik yang tidak sebaik anak lain. Beberapa gangguan seperti asma, alergi, dan infeksi tenggorokan sering dijumpai. Pada saat tidur biasanya juga tidak setenang anak-anak lain. Banyak anak hiperaktif yang sulit tidur dan sering terbangun pada malam hari. Selain itu, tingginya tingkat aktivitas fisik anak juga beresiko tinggi untuk mengalami kecelakaan seperti terjatuh, terkilir, dan sebagainya.
Berikut ini adalah faktor-faktor
penyebab hiperaktif pada anak :
a.
Faktor
neurologik
1) Insiden hiperaktif yang lebih tinggi
didapatkan pada bayi yang lahir dengan masalah-masalah prenatal seperti lamanya
proses persalinan, distres fetal, persalinan dengan cara ekstraksi forcep,
toksimia gravidarum atau eklamsia dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan
normal. Di samping itu faktor-faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan
rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok dan minum alkohol juga
meninggikan insiden hiperaktif
2) Terjadinya perkembangan otak yang
lambat. Faktor etiologi dalam bidang neuoralogi yang sampai kini banyak dianut
adalah terjadinya disfungsi pada salah satu neurotransmiter di otak yang
bernama dopamin. Dopamin merupakan zat aktif yang berguna untuk
memelihara proses konsentrasi
3) Beberapa studi menunjukkan
terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu pada anak hiperaktif,
yaitu di daerah striatum, daerah orbital-prefrontal, daerah orbital-limbik
otak, khususnya sisi sebelah kanan
b. Faktor toksik
Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan
pengawet memilikipotensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di
samping itu, kadar timah (lead) dalam serum darah anak yang meningkat, ibu yang
merokok dan mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X pada saat hamil juga dapat
melahirkan calon anak hiperaktif.
c. Faktor genetik
Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi
pada keluarga dengan anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang
tua dan saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini
juga terlihat pada anak kembar.
d. Faktor psikososial dan lingkungan
Pada anak hiperaktif sering ditemukan hubungan yang dianggap
keliru antara orang tua dengan anaknya.
Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan oleh
orang tua untuk mendidik dan membimbing anak-anak mereka yang tergolong
hiperaktif :
·
Orang
tua perlu menambah pengetahuan tentang gangguan hiperaktifitas
·
Kenali
kelebihan dan bakat anak
·
Membantu
anak dalam bersosialisasi
·
Menggunakan
teknik-teknik pengelolaan perilaku, seperti menggunakan penguat positif
(misalnya memberikan pujian bila anak makan dengan tertib), memberikan disiplin
yang konsisten, dan selalu memonitor perilaku anak
·
Memberikan
ruang gerak yang cukup bagi aktivitas anak untuk menyalurkan kelebihan
energinya
·
Menerima
keterbatasan anak
·
Membangkitkan
rasa percaya diri anak
·
Dan
bekerja sama dengan guru di sekolah agar guru memahami kondisi anak yang
sebenarnya
Disamping
itu anak bisa juga melakukan pengelolaan perilakunya sendiri dengan bimbingan
orang tua. Contohnya dengan memberikan contoh yang baik kepada anak, dan bila
suatu saat anak melanggarnya, orang tua mengingatkan anak tentang contoh yang
pernah diberikan orang tua sebelumnya.
C.
KESIMPULAN
Gangguan hiperaktif sesungguhnya sudah dikenal
sejak sekitar tahun 1900 di tengah dunia medis. Pada perkembangan selanjutnya
mulai muncul istilah ADHD (Attention
Deficit/Hyperactivity disorder). Untuk dapat disebut memiliki gangguan
hiperaktif, harus ada tiga gejala utama yang nampak dalam perilaku seorang
anak, yaitu inatensi, hiperaktif, dan impulsif. Problem yang biasa dialami
anak hiperaktif yaitu anyak dijumpai bahwa anak hiperaktif banyak mengalami
kesulitan membaca, menulis, bahasa, dan matematika. Sedangkan dirumah anak
hiperaktif cenderung keras kepala dan mudah marah bila keinginannya tidak
segera dipenuhi.Selain itu, dalam hal lainnya anak hiperaktif cenderung sibuk
dengan diri sendiri dan kurang mampu merespon lawan bicara secara tepat, banyak
anak hiperaktif yang sulit tidur dan sering terbangun pada malam hari. Ada
beberapa cara yang bisa dilakukan orang tua untuk mendidik anak yang tergolong
hiperaktif, yaitu, orang tua perlu menambah pengetahuan tentang gangguan
hiperaktifitas,kenali kelebihan dan bakat anak, membantu anak dalam
bersosialisasi, dan sebagainya. Selain cara-cara tersebut, menurut saya apabila memiliki anak yang tergolong hiperaktif, sebagai orang tua hendaknya memberi contoh perilaku yang baik pada anak, jangan membentak anak karena menurut saya anak hiperaktif apabila dimarahi, maka anak tersebut bukannya diam tetapi sengaja melakukan hal yang tidak boleh anak itu lakukan. Selain itu orang tua yang sangat berperan penting dalam hal ini harus memberi kasih sayang dan perhatian yang cukup pada anak yang hiperaktif. Lebih dekat dengan anak tersebut dan jangan membiarkan anak bermain sendiri, usahakan untuk mengajak anak berlibur dengan keluarga. Untuk mengajari anak yang tergolong hiperaktif juga harus perlahan-lahan dan memiliki kesabaran lebih untuk membimbingnya.